Selanjutnya setelah Anies Baswedan di hari terakhir Youth Leadership Program ITB 2014, kami berkunjung ke tokoh yang bergelut dalam bidang energi mineral Indonesia yakni Marwan Batubara.
Saat ini beliau merupakan direktur dari Indonesia Resources Studies (IRESS).
Dalam kunjungan ini kami dijelaskan mengenai isu energi dari sumber daya di Indonesia secara general. Isu nya adalah semakin menipisnya cadangan Migas kita namun konsumsi kita justru meningkat. Hal ini berbuntut pada semakin banyaknya impor migas. Telah kita ketahui dulu Indonesia merupakan eksportir migas yang terkenal di duinia, namun saat ini Indonesia telah menjadi importir yang artinya Indonesia sedang kekurangan. Kenapa hal ini terjadi? Tingkat produksi migas Indonesia tidak bertambah secara besar namun malah dibarengi naiknya kebutuhan migas dari sektor transportasi hingga listrik. Akibatnya kita semakin tergantung pada impor migas, yang akan berbuntut semakin dekatnya krisis energi hingga ekonomi ke bangsa besar ini.
Pada dasarnya kita seharusnya sudah memulai mengadakan konversi ke bahan bakar yang lebih murah seperti BBG (Bahan Bakar Gas). Namun program ini sampai sekarang tidak berjalan lancar. Kita bandingkan dengan negara lain kita berada di peringkat 70 an dari banyaknya pemakaian gas untuk moda transportasi. Parahnya jumlah kendaraannya pun tak sampai 10000 dan SPBBG nya hanya 20 an di Seluruh Indonesia. Di negara maju sudah mencapai ribuan untuk SPBBG nya padahal jelas wilayah kita sangatlah luas.
Isu yang kemudian dibicarakan oleh pak Marwan adalah kenaikan harga BBM. Pada akhir tahun 2014 diperkirakan anggaran APBN untuk energi( BBM dkk) naik/bertambah (saya lupa) menjadi 380 Trilliun Rupiah karena inflasi yang mengakibatkan melemahnya nilai mata uang kita. Hal ini bisa saja setelah pemilihan presiden nantinya, harga BBM akan naik.
Menurut data, 409 Milyar Dolar digunakan untuk subsidi BBM dunia pada tahun 2011 dan 8% dari anggaran itu dinikmati oleh 20% penduduk termiskin di dunia. Berarti memang mengadakan subsidi selama ini selalu salah sasaran dan pada akhirnya dinikmati oleh orang-orang yang mampu.
Oleh karena itu pak Marwan memerikan solusi yakni menaikkan harga BBM namun subsidi diberikan secara langsung kepada masyarakat yang tidak mampu secara langsung berupa barang-barang pokok atau BLT. Hal ini dikarenakan penduduk miskin kebanyakan tidak menggunakan atau membeli BBM sehingga jelas salah sasaran. Dapat dilihat juga berdasarkan Indeks Gini yakni kesenjangan antara orang miskin dan kaya meningkat dari 0.33 menjadi 0.44
Isu lain adalah ketahanan energi nasional khususnya dalam bidang listrik. Saat ini proses pembangunan PLTU Batang terhambat, padahal diperkirakan kapasitas yang dibuat adalah 2 x 1000 MW yang artinya akan menambah banyak sekali kebutuhan listrik Jawa Bali. Hambatan ini dikarenakan pembebasan lahan yang belum terselesaikan dan isu pencemaran lingkungan. Jika sampai 2018 pembangkit ini belum terealisasikan maka Jawa-Bali diperkirakan akan terjadi pemadaman bergilir seperti yang terjadi di pulau Sumatera.
Dalam pemenuhan kebutuhan tersebut Indonesia sangat cocok untuk menggunakan beberapa sumber energi terbarukan misalnya sel surya, Bahan Bakar Nabati (BBN) dan Panas Bumi. BBN yang bisa menjadi alternatif diantaranya singkong dan tebu. Namun untuk jenis ini pemerintah harus melakukan subsidi kelistrikan karena biaya penanganan yang mahal pada pemanfaatan nabati.
Total potensi listrik panas bumi di Indonesia adalah sekitar 29000 MW yang jika dapat direalisasikan seluruhnya makan akan sangat membantu. Karena kapasitas PLN saat ini di seluruh Indonesia sebesar 40000 MW. Namun dari 29GW itu hanya sekitar 4% yang baru dimanfaatkan.
Cerita:
Dulu ketika tahun 1980an saat Presiden Suharto memimpin, Indonesia memberi cinderamata sebuah Sel Surya kepada pemerintah Malaysia, dan pemerintah Malaysia membalasnya dengan memberi mobil buatannya yakni Proton. Artinya saat itu Indonesia telah mampu membuat teknologi canggih sel surya.
Dan saat ini mobil Proton telah masuk pasar dunia dan perkembangannya sangat cepat. Sedangkan sel surya Indonesia sudah tidak ada kabarnya lagi.
Pembicara: Marwan Batubara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan posting komentar anda :)