Hidup ini adalah panggung sandiwara. Layaknya sebuah opera, kehidupan di depan mata kita ini terus berjalan. Gedung opera yang berisi manusia yang begitu banyak yang menonton. Mereka bisa tertawa, tersedu bahkan marah kepada sang pemain opera. Ha ha, sandiwara itu dimainkan oleh para aktor aktris profesional. Maaf saja untuk mereka yang tak bisa 'bersandiwara' dirimu akan jadi sasaran tawa. Tanpa jeda dan tanpa istirahat, sandiwara terus saja dimainkan. Bahkan sandiwara yang tak ada dialognya. Sungguh pintar para aktornya ya.
Latarnya pun indah, diisi rumput-rumput subur, rumput yang akan jadi saksi bisu. Wuzz bergoyang ketika angin menyapanya. Segar kata dia. Tapi sayang dia pun sering 'menangis' ketika sang pemain menginjak-injak dia. Walau dia bisu tapi ia juga bisa merasakan. Ada juga batu, dia merasakan panas terik matahari. Yah memang itu yang selalu ia rasakan, walau kadang ia 'berenang' dalam banjir di atas panggung yang begitu luas itu. Disana juga terlihat pohon tua, menghabiskan waktunya untuk menghabiskan waktunya untuk menari bersama rumput. Tapi nasibnya pun juga sama dengan temannya. Malah ia selalu diselubungi rasa was-was jikalau ia jadi korban selanjutnya untuk diiris 'badan'nya. Ada pasir, air, angin, aspal, tanah gembur, komplit dah.
Semua itu mengelilingi para pemain drama, yah yah merekalah yang jadi saksi. Ketika sandiwara berjalan, ketika mencapai klimaks, dan ketika runtutan sandiwara itu telah 'diakhiri'. Grr mrinding rasanya. Peran antagonis dan protagonis takkan bisa dibedakan. Hitam dan putih pun, tak bisa dibedakan. Tinggi rendah, hanya jadi bualan. Semua itu berjalan layaknya sebuah lahu, mengalun indah tapi kadang tak tahu apa yang kan terjadi selanjutnya.
Diatas ada sebuah 'lampu' yang terus menyinari tak ada habis-habisnya. Ketika sandiwara berjalan dengan ramah, lampu itu mnyala seperti biasanya, tapi ketika sandiwara terasa alot, lampu sekitarnya terasa begitu 'panas'. Mungkin 'es' pun tak dapat mendinginkannya.
Semua itu rasanya seperti kenyataan yang hebat, menakjubkan, mengesalkan, dan memilukan. tapi bagi orang yang menjadi aktor, semua itu hanya sebuah 'game' walau ia tak memikirkan jika sandiwara itu harus diakhiri dan para penonton pun takkan bisa lihat apapun.
Mungkin ketika sandiwara dinyatakan berakhir oleh "NYA", mungkin 'lampu' itu akan mati, dan panggung terpaksa dirobohkan, kursi-kursi penonton diguncang, dan keadaan galap gulita. Takkan ada suara setelah kejadian itu. Sandiwara telah berakhir, dan semua itu akan jadi hadiah besar bagi yang menginginkan, dan 'meteor' yang tak terduga yang akan menghancurkan semuanya bagi yang kepanasan di 'panggung'
Sebuah ilusi tak pelak kan jadi rahasia. Mungkin apa yang sedang kamu lihat itu adalah bunga, tapi sayang bunga itu jika kau hirup, maaf...kau takkan bisa lagi menghirup apapun.
created and wrote by danahaq.blogspot.com